Minggu, 11 September 2011

Developing Teacher Training Textbooks for Lesson Study in Indonesia


Developing Teacher Training Textbooks for Lesson Study  in Indonesia
(Mengembangkan Pelatihan Membuat Buku Pelajaran untuk Kegiatan Belajar Mengajar bagi Guru di Indonesia)
By Marsigit
Reviewed by Khilmi Nur Ma’rifah
Indonesia menghadapi tantangan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dengan memiliki sejumlah besar orang, mahasiswa, dan guru. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk mempercepat sertifikasi guru dalam rangka menghasilkan guru yang profesional. Hal ini adalah sebuah jalan menuju perubahan besar untuk membentuk pendidikan Indonesia yang maju dan lebih progresif. Banyak sekali sisi dari sistem pendidikan di Indonesia yang masih harus dibenahi dan membutuhkan perubahan.
Kebutuhan mengembangkan kualitas buku yang baik untuk matematika SMP muncul pada setiap Proses Belajar Mengajar (PBM). Penulis menyelidiki seberapa besar kemungkinan guru mampu mengembangkan buku teks mereka sendiri. Namun membutuhkan keterampilan tinggi dan pengalaman yang banyak bagi guru untuk melakukannya. Jadi, perhatian utamanya adalah bagaimana mendidik mereka untuk mempersiapkan buku teks mereka sendiri melalui berbagai jenis pendidikan pelatihan, lokakarya dan kegiatan Lesson Study.
Menyediakan buku adalah salah satu kebijakan penting untuk meningkatkan kualitas dari proses belajar mengajar. Untuk menyediakan kebutuhan buku-buku dalam skala besar tidak harus melalui sarana monopoli oleh satu atau beberapa lembaga, tetapi membiarkan sekolah untuk memilih kebutuhan mereka sendiri dari buku untuk digunakan. Hal itu juga mengandung arti bahwa siswa memiliki hak mereka untuk memilih buku mereka sendiri tanpa banyak intervensi oleh guru atau sekolah. Namun, kenyataanya sulit bagi guru untuk menghasilkan buku-buku karya mereka sendiri. Alasan utama adalah kurangnya keterampilan untuk menulis dan menghasilkan kualitas buku yang baik.
Dalam kasus penyediaan buku teks, sering kita jumpai banyak siswa yang tidak bisa membeli buku karena keterbatasan ekonomi. Jadi, ada harapan dari para guru, siswa, dan masyarakat bahwa pemerintah mampu menyediakan buku-buku dengan harga yang lebih rendah dan terjangkau.

Kurikulum Berbasis Sekolah sebagai Basis Pengembangan Matematika
Penelitian saat ini (Marsigit, 2006) mengindikasikan bahwa prestasi anak Indonesia dalam mata pelajaran matematika masih rendah, seperti ditunjukkan dengan hasil Ujian Nasional yang masih rendah.
Penguasaan anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah pada konsep matematika dan keterampilan proses matematika masih rendah. Fakta ini mungkin sebagai hasil dari: kurangnya kegiatan laboratorium, kurangnya guru yang menguasai keterampilan pendekatan proses, isi dari kurikulum Matematika yang terlalu muluk; ketentuan waktu terlalu banyak mengkonsumsi administrasi untuk guru; kurangnya peralatan laboratorium dan sumber daya laboratorium manusia.
Studi ini juga menunjukkan ketidakcocokan antara tujuan pendidikan, kurikulum, dan sistem evaluasi. Hal ini dapat dilihat dari: Ujian Nasional yang hanya menilai kemampuan kognitif anak saja; Streaming di Sekolah Menengah mulai dari kelas 3 itu berpendapat bahwa pelaksanaan sistem ini terlambat dalam mempertimbangkan perbedaan individu; guru banyak yang masih mengalami kesulitan dalam menjabarkan silabus, sejumlah topik matematika dianggap sulit bagi guru untuk mengajar; sejumlah besar anak-anak mempertimbangkan beberapa topik matematika sebagai sulit dipahami, guru menganggap bahwa mereka masih membutuhkan panduan untuk melakukan proses pengajaran dengan menggunakan ilmu pengetahuan dengan pendekatan keterampilan proses.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia mengembangkan pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) sebagai salah satu pendekatan untuk mendukung implementasi Sekolah Berbasis Kurikulum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar