Sabtu, 27 September 2014

Kenapa laki-laki perlu memilih istri seorang guru?

Ini alasan kenapa laki-laki perlu memilih istri seorang guru:
1.      Ada jadwal kegiatan yang pasti (tidak terlalu padat dan tidak terlalu banyak menganggur)
Bukan berarti wanita yang memiliki pekerjaan lain tidak memiliki jadwal, tapi kalau seorang guru jadwalnya setiap hari sudah pasti tetap dan ditetapkan. Sampai penempatan dia di sekolah pun sudah terjadwal. Kalau dia seorang guru matematika, hidup dia tidak hanya terjadwal, bahkan tertata. Seperti dia mengajarkan anak didiknya tentang perbandingan dan skala, dia juga dapat membagi dengan baik dengan skala yang tepat (seimbang) mana waktu untuk keluarga dan mana waktu untuk bekerja.
Ini contoh jadwalnya:
04.30 pagi       : Bangun pagi, solat subuh, masak air, buat sarapan
06.00 pagi       : Mandi, persiapan diri
06.40 pagi       : Berangkat ke sekolah
07.00 pagi       : Mulai mencerdaskan anak bangsa
09.00 pagi       : Istirahat
09.15 pagi       : Masuk kelas lagi
11.15 pagi       : Istirahat
11.30 pagi       : Masuk kelas lagi
13.00 siang      : Pulang ke rumah (kalau tidak ada tambahan pelajaran/ membimbing ekstrakurikuler)
Gimana, senang kan? ^_^ Jadi, kalau sudah menikah, istri itu akan mengatur hidup berkeluarga dengan lebih sempurna (insyaAllah).
Pagi     : Sarapan + beres-beres rumah + masak.
Siang   : Makan siang + duduk dengan suami (hehe..)
Sore     : Istirahat + minum/ duduk sore santai + menyiapkan makan malam
Malam            : Mengurus anak dan menyiapkan keperluan untuk besok hari, istirahat

2.      Berdedikasi dan penuh komitmen
Seorang guru menghabiskan waktu paling banyak di sekolah dan di rumah. Kebanyakan oang tua berharap anaknya dididik di sekolah seratus persen bahakan ada orang tua yang kurang atau bahkan tidak peduli dengan anaknya karena sibuk dengan pekerjaannya. Maka guru tidak dianjurkan memberi perhatian pada murid secara berlebihan. Pun tidak memberikan kelonggaran yang terlalu besar kepada murid supaya dia tidak menjadi arogan.
Apakah Anda pernah mendengar orang lain menyalahkan insinyur, arsitek, pilot, dokter, pengacara, dan sebagainya bila terjadi keruntuhan akhlak dan gejala sosial? Tidak ada! Hampir semua menyalahkan guru. Oleh karena itu, guru harus selalu berkomitmen.
Konsep yang sama
Jadi, kalau suami terabaikan di rumah, salahkan siapa?
Maka, si istri akan berkomitmen untuk memastikan suami senang, bahagia dan apa saja asalkan suaminya tersenyum dan tidak memikirkan untuk menambah cabang lain. Eh? (sambil mengasah pisau, hehe)

3.      Jujur dan tidak menyeleweng
Ketika berpakaian ke tempat kerja, seorang guru tentu beretika. Dalam menidik peserta didik, ada pedoman. Sampai sekolah, mengisi waktu kedatangan dan tandatangan presensi. Pulang sekolah, ada jamnya lagi.
Pembayaran siswa selama bersekolah, semua ada tertulis hitam diatas putih, tidak ada pungutan lain selain jelas untuk siswa itu sendiri (misal fotocopy, dll).
Mau menyeleweng? Gimana bisa?
Kalau ketahuan dan tertangkap bisa kehilangan pekerjaan menjadi seorang guru itu.
Bahkan bisa masuk koran dan tampil di berita utama pula, dengan judul, "GURU ......"
Waow banget kan? Jadi guru kalau mau nakal mesti pikir berjuta-juta kali.
Seorang istri yang merupakan seorang guru tidak akan melupakan suaminya. Hidupnya ada di sekitar lingkungan sekolah, keluarga, suami, sekolah lagi, keluarga lagi, dan suami lagi.

4.      Terapi melepaskan tekanan
Semua pekerjaan ada tekanan.
Ibu-ibu yang mencuci piring dan masak di restoran pun tertekan. Pekerja kantoran pun pasti ada tekanan.
Tapi bagaimana menyiapkan diri kalau tertekan?
Kegiatan luar seperti memanjat gunung, senam, dan sebagainya sudah lama diperkenalkan kepada guru-guru bersama siswa. Bahkan, dalam kegiatan itu bisa ajak pasangan untuk ikut. Selain melepaskan tekanan, bisa liburan dengan suami pula kan? J
Memukul anak-anak di sekolah?
Itu bukan satu hal yang mengasyikkan. Malah bisa masuk penjara. Haduhhh.. Gak banget yaw.
Lebih baik membuat sesuatu yang menyenangkan untuk melepaskan tekanan.

5.      Banyak libur sekolah dan kerja cuma setengah hari.
Ini yang semua orang suka dari sesorang yang memiliki karir guru. Tidak dapat dipungkiri kalau banyak yang menginginkan pasangan (istri) yang bekerja sebagai guru. Anda termasuk? hehe
Wanita yang berkarir sebagai guru dapat mengurus keluarga di rumah tanpa mengabaikan pekerjaannya sebagai guru. Sekolah setengah hari. Bila pulang kerja, guru biasanya akan ada di rumah kan? Kalau libur sekolah, setiap hari pun ada di rumah.

6.      Terbiasa mengurus dan mendidik anak
Mana ada guru yang tidak berhadapan dengan anak-anak? Guru selalu dan setiap hari berhadapan dengan anak didik. Itulah yang menyebabkan seorang guru lebih banyak memiliki sifat keibuan. Guru mau dan mampu mendidik anak ‘orang lain’, insyaAllah nanti ketika dia mempunyai anak juga kelak akan dapat dididik dan dibimbing menjadi generasi penerus bangsa yang membanggakan, aamiin J

7.      Penampilan
Dari segi wajah, aku tidak akan menilai manusia. Tapi kebanyakan guru-guru biasanya punya penampilan yang sedap dipandang mata. Berangkat ke sekolah harus terlihat cantik dan rapi. Setiap hari ada berapa pasang mata yang akan mengawasi langkah guru itu?
Masuk kelas, ada minimal 32 pasang mata melihat. Gimana kalau guru SMP yang setiap hari bisa mengajar lebih dari 1 kelas? Bisa dihitung sendiri kan? Hehe
Anak-anak yang suka, akan memuji, "Wah, Bu guru cantik banget hari ini!"
Tapi Bu guru kalau dipuji, dia tidak akan cepat bangga diri.
Kenapa?

Setiap anak yang suka (biasanya remaja pubertas kalau di SMP/ SMA dan budak-budak jujur ​​dan polos kalau mengajar di SD) selalu selalu memuji gurunya. Jadi, bukan suatu masalah dan tidak akan terlihat guru itu berbunga-bunga bila dipuji cantik, menarik, tertarik, menawan. Eh? Hehe

Jumat, 11 Januari 2013

Sejauh Kesimpulanku Berfilsafat


Tidak terasa satu semester telah berlalu. Satu semester pula saya dan teman-teman sekelas saya belajar filsafat bersama dengan Bapak Marsigit. Dan sampai kepada penghujung semester, sebelum Ujian Akhir Semester (UAS), kita diberi kesempatan untuk menyampaikan kesimpulan berfilsafat. Awal sekali mendengar kata “filsafat”, merupakan kata yang sudah sering saya dengar tetapi selama ini yang saya ketahui tentang filsafat adalah suatu ilmu yang tingkat pemikirannya tinggi dan membutuhkan kedewasaan untuk dapat memahaminya. Hal ini karena saya belum pernah diajarkan tentang filsafat sebelum perkuliahan dengan Bapak Marsigit sampai pada awal semester tujuh kemarin dan saya juga belum pernah membaca buku yang khusus menjabarkan filsafat ataupun artikel/ elegy secara sadar.
Saya mencoba sedikit menyimpulkan apa yang saya tahu tentang filsafat melalui ringkasan-ringkasan refleksi yang sudah saya buat. Dari apa yang telah di sampaikan oleh Bapak Marsigit selama perkuliahan, banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan mengenai filsafat. Poin yang saya dapatkan mengenai pengertian filsafat adalah ilmu tentang olah pikir dan refleksi (perenungan) dari hal-hal yang terjadi. Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia dari kecil hingga dewasa bahkan sampai sebelum meninggal pun pasti selalu berpikir, kecuali jika manusia itu tertidur pulas. Manusia selalu saling membutuhkan satu sama lain, dan saling berinteraksi satu sama lain. Semakin sering kita berpikir dan melakukan refleksi terhadap hal yang terjadi pada kita maka kita akan mengetahui hakikat tujuan hidup kita dan kita akan dapat sampai pada satu tingkatan tertinggi dari hakikat filsafat itu sendiri, yaitu kedewasaan, kebijaksaan atau kearifan.
Manusia berfilsafat membutuhkan dua macam, yaitu berpikir logika dan pengalaman hidup. Seperti yang telah diungkapkan oleh bapak Marsigit bahwa metode untuk mempelajari filsafat adalah kehidupan, dan karakter kehidupan adalah juga karakter filsafat. Orang yang berfilsafat tidak harus hal-hal yang ‘waow’, akan tetapi dari hal yang sepele juga. Misalnya tentang berapakah usia semut? Atau pernahkah mengamati burung-burung saling berkomunikasi? Dan pertanyaan lainnya.
Selain itu, Bapak Marsigit mengungkapkan bahwa sebenar-benar berfilsafat adalah bertanya atau mengutarakan pertanyaan. Oleh karenanya, anjuran dari Bapak Masigit, agar saya lebih memahami hakikat filsafat adalah dengan membaca artikel – artikel Elegi beliau dan menuliskan komentar ataupun pertanyaan. Dalam kehidupan ini, semua orang pasti menginginkan kejelasan dan pemahaman. Oleh karenanya, manusia mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum diketahui dan ingin diketahui kejelasannya.
Membangun filsafat dengan metode hidup dapat dilakukan melalui berdoa, melihat, mendengar, dan sebagainya. Jadi, menurut saya, pemahaman berfilsafat memang ditekankan pada orang-orang yang sudah banyak pengalaman, akan tetapi tidak hanya itu, orang yang telah cukup dewasa dan dapat mengambil hikmah dari apa yang terjadi dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi juga disebut berfilsafat. Dari sini saya kembali kepada apa yang diungkapkan Bapak Marsigit, yakni letakkanlah spiritual di atas segalanya. Bahwa kebenaran sejati memang hanya datang dari Tuhan.
Tuhan Pasti Ada
Jika kita tidak mampu memikirkan tentang hakikat Tuhan bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Disinilah peranan hati disamping juga otak yang berpikir. Kita dapat mengibaratkan hal tersebut dengan oksigen. Kita percaya bahwa kita bernafas menggunakan oksigen. Kita dapat merasakan bagaimana bernafas yakni menghirup oksigen, akan tetapi apakah kita dapat melihat zat oksigen tersebut? Dan bagaimanakah akibatnya jika tidak ada oksigen? Seperti itulah, bahwa ada hal yang tidak dapat ditangkap panca indera kita akan tetapi dapat dirasakan akibatnya jika zat tersebut tidak ada. Jika ada yang diciptakan pasti ada juga yang menciptakan, bukan? Bagi saya pemikiran ini rasional.


Filsafat Relatif Terhadap Ruang dan Waktu
Manusia setiap hari selalu melakukan aktivitas, mulai dari bangun tidur, makan, mandi, berinteraksi dengan orang lain, bekerja, belajar, hingga kemudian tidur lagi. Manusia bisa saja melakukan hal-hal tersebut tanpa berpikir karena kesemua hal tersebut sudah menjadi rutinitas dan kebiasaan sehari-harinya. Kecuali jika manusia itu merenung dan berrefleksi terhadap hal-hal yang terjadi dan menjadikan hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini, dan seterusnya.
Merenung dan berpikir tidak pernah lepas dari filsafat. Segala yang ada dan mungkin ada berdimensi naik turun. Tingkatan paling tinggi dari merenung adalah berpikir. Berpikir artinya mencari sesuatu yang baru atau menyelesaikan sesuatu atau masalah yang ada dengan suatu solusi. Sebenar-benar manusia adalah yang berpikir dan menggunakan hatinya juga, tidak hanya otak.
Manusia melakukan aktivitas berarti manusia itu sedang mengisi ruang dan waktu. Kerugian manusia adalah jika manusia sudah tidak sadar akan ruang dan waktu. Mengurusi hal yang bukan haknya itu pertanda manusia tidak kenal ruang dan waktu. Melakukan pekerjaan yang melampaui batas itu pertanda manusia tidak kenal ruang dan waktu. Menggunakan peralatan tidak sesuai dengan peruntukannya itu pertanda manusia tidak kenal ruang dan waktu. Memaksakan kehendak itu pertanda bahwa manusia tidak kenal ruang dan waktu. Menginginkan sesuatu diluar kemampuan dan wewenang itu juga pertanda manusia tidak kenal ruang dan waktu.
Maka agar manusia sadar ruang dan waktu, manusia harus pandai menerjemahkan hal yang terjadi dan harus ikhlas untuk menerima kritik dan saran dari orang lain. Ruang dan waktu adalah kendaran bagi manusia untuk mencapai tujuannya. Ruang dan waktu adalah sistem dan fasilitas bagi manusia. Ruang dan waktu bagi setiap orang pasti berbeda makna dan arti. Ada yang mengtakan waktu adalah uang. Ada yang mengatakan waktu adalah pedang. Ada juga yang mengatakan waktu berjalan sangat cepat ketika manusia itu merasa senang, ataupun waktu berjalan sangat lambat ketika manusia merasa sedih atau menunggu. Tergantung darimana manusia memandangnya.
Aliran Filsafat
Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Ajaran filsafat yang berbeda-beda tersebut, oleh para peneliti disusun dalam suatu sistematika dengan kategori tertentu, sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari sinilah kemudian lahir apa yang disebut aliran filsafat. Banyak pemikiran-pemikiran dari para ahli filsafat masa lampau yang menghasilkan banyak aliran dalam filsafat. Aliran filsafat yang terkenal diantaranya adalah naturalisme, rasionalisme, realisme, absolutisme, dan lain-lain.
Filsafat, Agama, dan Ilmu Pengetahuan
Agama berarti mengabdikan diri, yang penting ialah hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama itu. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia dengan Tuhan. Agama banyak berhubungan dengan hati. Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya. Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dan mengabdikan diri. Agama, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya. Filsafat penting dalam mempelajari agama.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu, dengan mencari sebab-sebab terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu.
Filsafat mempunyai metode dan sistem sendiri dalam usahanya untuk mencari hakikat dari segala sesuatu, dan yang dicari ialah sebab-sebab yang terdalam. Ilmu-ilmu pengetahuan dirinci menurut lapangan atau objek dan sudut pandang. Objek dan sudut pandang filsafat disebut juga dalam definisinya, yaitu “segala sesuatu”.
Alat yang kita gunakan dalam usaha kita untuk mencapai kebijaksanaan itu adalah pikiran kita sendiri. Ini membedakan filsafat dari agama yang juga mengenai segala sesuatu, tetapi yang berdasarkan wahyu Tuhan. Filsafat tidak berdasarkan wahyu Tuhan, tidak meminta pertolongan dari Kitab Suci, tetapi berdasarkan asas-asas dan dasar-dasarnya hanya dengan cara analisis-analisis oleh pikiran kita sendiri. Justru karena itu, filsafat dapat merumuskan hukum-hukum yang berlaku umum, bagi setiap orang, terserah agama mana yang dianutnya. Akan tetapi, ini pun kelemahan filsafat, jika hanya filsafat saja yang cukup dipakai sebagai pegangan hidup, pandangan hidup, maka ini tidak cukup, sebab banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 100% memuaskan oleh filsafat, sedangkan filsafat sendiri dalam usahanya mencari hakikat dari seluruh kenyataan menunjuk kepada Tuhan sebagai sumber terakhir dan sebab pertama. Jadi, sebetulnya filsafat dan agama tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi.
Filsafat Mengajarkan Keikhlasan
Manusia yang berilmu lebih tinggi dimensinya dibanding dengan yang tidak berilmu, karena dengan ilmu kita akan mengerti makna hidup, dengan ilmu kita mengerti akan dunia dan seisinya hingga batas pikiran kita. Sedangkan orang yang tidak berilmu hanya akan pasrah pada kehidupannya. Kita menggapai ilmu adalah dengan berpikir, dan ilmu meliputi yang ada dan mungkin ada sangatlah luas hingga batas pikiran kita. Untuk itu, upaya untuk meraih ilmu seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya adalah dengan meningkatkan kemampuan berpikir kita. Dari pola pikir inilah juga yang akan membedakan dimensi kita dengan orang lain. Upaya ini juga harus diimbangi dengan hati yang ikhlas, sehingga kita tidak hanya sebagai manusia berilmu tetapi juga bernurani.
Dalam beribadah kepada Tuhan kita hendaknya diikuti dengan ikhlas. Ikhlas tidak hanya di dalam hati, tetapi juga dalam pikiran, dan keduanya saling berhubungan. Ketika kita ingin menggapai ikhlas dalam pikiran, kita juga memerlukan ikhlas dalam hati.
Diri kita adalah kontradiksi. Jika kita mengatakan 'aku' adalah 'aku', 'aku' yang diucapkan pertama sudah berbeda dengan 'aku' yang kedua dikarenakan ruang dan waktu. Ruang yang berbeda-beda dan waktu yang terus selalu berjalan akan menjadikan segala sesuatunya kontradiksi, karena hidup adalah ruang dan waktu, dan ruang dan waktu adalah kontradiksi maka segala sesuatu yang tidak terlepas dari ruang dan waktu adalah kontradiksi.
Kontradiksi antara hati dan tindakan dapat terjadi ketika apa yang dirasakan dalam hati tidak sesuai dengan yang dilakukan atau dapat dikatakan saling bertentangan, maka inilah keadaan disharmoni di dalam diri. Keadaan dimana sesuatu itu tidak saling bersesuaian. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya keyakinan di dalam hati, sehingga ragu-ragu mengambil tindakan dan akhirnya berbeda dengan apa yang dilakukan. Untuk itu perlu adanya keyakinan di dalam hati dan tetap berlandaskan pada Tuhan Yang Maha Esa, agar setiap tindakan yang kita ambil merupakan kebaikan, kebenaran, serta terdapat kebermanfaatan sebagai ibadah karena-Nya.
Indahnya hidup adalah harmoni, nikmatnya hidup adalah harmoni, sehatnya hidup adalah harmoni. Harmoni berarti tidak berlebihan dan tidak kekurangan, saling mengisi agar tidak kosong, saling melengkapi, saling mengasihi, saling mengerti, serta saling memiliki kesadaran. Dalam menggapai harmoni berarti menyeimbangkan antara hati dan pikiran, menyeimbangkan perbuatan dan perkataan, menyeimbangkan hak dan kewajiban, serta menyeimbangkan urusan akhirat dan duniawi.
Antara Intelek dan Intuisi
Henri Bergson adalah seorang filsuf ternama di abad 20 yang menuliskan tentang metafisika. Ia memperdebatkan bahwa intuisi itu lebih dalam dari intelek. Intuisi, menurutnya, merupakan metode “berpikir dalam durasi” dan selalu mencerminkan adanya realitas yang terus mengalir. Untuk menjelaskan lebih dalam akan filsafatnya, Bergson membedakan dua dasar pemikirannya yaitu intuisi dan pemikiran konseptual. Intuisi dan intelek dapat dikombinasikan untuk mendapatkan pengetahuan dinamis akan realitas. Bergson memandang bahwa intelek itu sebagai suatu instrumen atau alat yang digunakan untuk membantu atau meningkatkan kehidupan. Bergson juga mengatakan kemudian bahwa intuisilah yang bisa menerangkan realitas hidup dan bukan konsep-konsep intelek .
Bergson mengatakan bahwa intuisi itu jangan disamakan dengan perasaan dan emosi secara harafiah. Kita harus melihatnya sebagai sesuatu yang bergantung pada kemampuan khusus yang didapatkan dari ilmu non-alam. Intuisi itu sepertinya suatu tindakan atau rentetan dari tindakan-tindakan yang berasal dari pengalaman. Intuisi ini hanya bisa didapatkan dengan melepaskan diri dari tuntutan-tuntutan tindakan, yaitu dengan membenamkan diri dengan kesadaran spontan.
Karena kita dapat menemukan kepribadian kita dengan berjalannya waktu dan proses untuk sampai pada perubahan sepertinya sulit untuk berhenti. Inilah yang dimaksudkan bahwa dengan intuisi kita akan mendapatkan bentuk pengetahuan yang menyatakan realitas itu continu dan tak dapat terbagi. Realitas akan selalu berubah karena dalam hidup manusia akan selalu ada kebebasan akan kreativitas.
Intelek memang mampu memberikan pengetahuan kepada kita tetapi lebih baik lagi bila pengetahuan itu juga didapatkan dengan intuisi. Dan intuisi dalam diri kita juga menyarankan diri kita agar terus berjuang menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama dan sukses di masa depan.
Manfaat Berfilsafat
Filsafat yang berarti perenungan juga merupakan salah satu cara membangun kebiasaan yang baik. Terkadang kita mengetahui bahwa kebiasaan yang kita lakukan belum baik tetapi juga bukan hal yang mudah untuk menggantinya dengan kebiasaan yang lebih baik. Bahkan kita merasa nyaman dalam keadaan ‘kebiasaan’ yang kurang baik itu. Dari apa yang saya pelajari dan rasakan, membangun kebiasaan yang baik memang harus dimulai dengan ‘paksaan’ pada diri sendiri. Dan ketika paksaan itu terjadi secara terus menerus sepanjang waktu setiap hari maka dengan sendirinya paksaan yang merupakan latihan untuk kebiasaan baik itu akan benar-benar menjadi kebiasaan baik. Pikiran dan hati juga tidak lagi terbebani dengan ‘paksaan’ tersebut karena sudah menjadi sesuatu yang biasa.
Sesungguhnya hakikat bimbang dan khawatir itu adalah batas antara pikiran dan hati. Kita perlu menyeimbangkan penggunaan pikiran dan hati. Jika manusia berada dalam keadaan pikiran yang jernih dan hati yang bersih maka disitu tidak akan ada rasa khawatir. Pikiran dan hati tidak dapat dipisahkan. Ini karena manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia memang tidak pernah lepas dari dosa. Dan dosa itulah salah satu yang membuat hidup dirudung rasa khawatir. Untuk bisa mendapatkan pikiran yang jernih dan hati yang bersih, manusia perlu berdoa dan berserah diri kepada Tuhan. Berdoa adalah pekerjaan hati, hati bisa melantunkan doa dengan khusyu dan tawadhu.
Bimbang juga merupakan keadaan dimana kita tidak dapat memutuskan suatu hal itu bernilai baik atau buruk, benar atau salah sehingga kita tidak dapat memutuskan. Untuk mendapatkan keputusan yang tepat agar tidak terjadi kekhawatiran terdapat dua macam cara dalam berpikir, yakni menggunakan pikiran sebaik mungkin atau tidak menggunakan pikiran sama sekali. Ketika pemikiran kita salah, sebenarnya hati kita melakukan pemberontakan. Hati adalah tolak ukur yang benar dan yang salah.
Referensi:
http://amazingfilsafat.blogspot.com/2007/04/henri-bergson-antara-intelek-dan.html

Pembelajaran Matematika Inovatif


Minggu lalu perkuliahan filsafat diisi dengan menyaksikan pembelajaran yang terjadi di luar negeri. Pembelajaran yang sangat berkesan di benak saya adalah pembelajaran yang dilaksanakan di Jepang. Siswa-siswa di Jepang sangat antusias dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Hal ini menandakan siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan guru pun memfasilitasi siswa dengan memancing rasa ingin tahu siswa dengan memberikan media/ alat peraga yang menarik.
Guru sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam membelajarkan anak harus mempunyai sikap kreatif dan inovatif. Siswa memerlukan seorang guru yang dapat membimbingnya mencapai kedewasaan dan menemukan jati diri siswa yang sesungguhnya. Siswa tidak harus selalu bergantung kepada guru dalam pembelajaran. Hal ini perlu untuk melatih kemandirian dan kreativitas siswa  jika ia sudah terjun di masyarakat.
Untuk menghindari kegagalan dan memaksimalkan kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran maka pembelajaran harus direncanakan dengan baik. Pembuatan perencanaan harus memperhatikan: (a) pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa; (b) pengetahuan tentang aktivitas yang mungkin dilakukan siswa; (c) peran guru dalam kegiatan pembelajaran; (d) sumber atau sarana belajar yang diperlukan, misalnya lembar kerja siswa; dan (e) hasil akhir yang harus ditemukan siswa.
Pada matematika tradisional, pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya.
Dalam matematika traditional, guru mendominasi pembelajaran dalam kelas dan senantiasa menjawab ‘dengan segera’ terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa. Guru mengajarkan ilmu, sedangkan murid harus duduk rapi mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara guru menyelesaikan soal-soal. Murid bertindak pasif.
Perubahan program matematika tradisional ke matematika modern ialah dalam metode mengajarkannya. Metode mengajarkan matematika modern memperhatikan minat murid, kemampuan murid, metode menemukan sendiri harus diperhatikan.
Dalam metode baru, kita mengubah dari situasi “guru mengajar” kepada situasi “anak-anak belajar”. Sifat anak yang selalu ingin tahu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pendidikannya. Mengorganisir sekolah bukan untuk kita mengajar tetapi untuk anak-anak belajar. Guru ialah orang yang mengayom proses belajar anak. Ia menempatkan anak-anak kepada pusat kegiatan belajar, membantu dan mendorong anak-anak untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan.
Bila kita dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman alamiah anak untuk mengembangkan konsep-konsep matematika tentang bilangan, pengukuran dan benda-benda, di samping memelihara keterampilan yang diperlukan, maka anak-anak akan menyenangi matematika karena relevan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka akan menyadari kegunaan dan indahnya matematika karena dapat mereka pakai sebagai alat komunikasi berfikir. Kegiatan dalam matematika dapat dipakai oleh hampir semua kegiatan-kegiatan, apakah itu ilmu sosial, musik atau pelajaran lain.
Adapun tujuan dari mengajarkan matematika modern agar siswa dapat belajar berpartisipasi aktif dan kreatif, yaitu;
1.      Agar siswa diberikan kesempatan berfikir bebas
2.      Agar siswa diberi kesempatan untuk mencari aturan-aturan, pola-pola dan relasi-relasi yang merupakan bagian-bagian yang penting dan pokok dalam matematika modern. Aturan-aturan, pola-pola dan relasi-relasi ini bukan saja yang ada dan berlaku pada alam buatan manusia akan tetapi pada alam semesta.
3.      Agar siswa memperoleh latihan-latihan keterampilan yang diperlukan.
Dalam pengajaran matematika modern berhasil tidaknya pengajaran ditentukan dengan beberapa faktor yaitu: a.)menyeleksi murid-murid, karena kemampuan siswa berbeda-beda meskipun umurnya sama, b.) kurikulum yang baik, c.) cara mengajar, karena guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa selain menguasai metode mengajar guru juga harus memiliki penguasaan yang luas dalam bidangnya, d.) bimbingan dan penyuluhan yang lebih baik, dan e.) evaluasi hasil belajar yang lebih baik.
Pendekatan materi dalam matematika modern adalah matematika deduktif. Dalam matematika, pendekatan dedukitif merupakan pendekatan penyajian materi dari materi yang sifatnya umum menuju materi yang sifatnya khusus. Pendekatan induktif merupakan pendekatan dari hal-hal yang bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat umum.
Karakeristik matematika modern yaitu:
1.      matematika modern lebih mengutamakan pengertian kepada keterampilan berhitung dan hapalan
2.      matematika modern lebih mengutamakan penggunaan bahasa dan istilah yang lebih tepat
3.      matematika modern menekankan kepada mempelajari struktur matematika secara keseluruhan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran matematika merupakan hal yang paling penting. Tanpa seorang guru maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Disamping itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai macam model pembelajaran supaya dalam proses pembelajaran berjalan efektif dan menyenangkan.  Bagi siswa, bimbingan dari guru merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya sebab ia harus berpikir, bukan sekedar mendengarkan informasi atau menelaah seonggok ilmu pengetahuan yang telah siap dan juga siswa mengalami sendiri proses mendapatkan rumus itu. Penggunaan model pembelajaran matematika harus relevan dengan perkembangan kognitif anak.