Rabu, 21 September 2011

Developing Mathematics Education In Indonesia


Developing Mathematics Education
In Indonesia
By Marsigit
Reviewed by Khilmi Nur Ma’rifah
(khilmimarifah.blogspot.com)
Indonesia saat ini sedang berusaha keras mengembangkan pendidikan untuk mewujudkan bangsa yang unggul. Tujuan sistem pendidikan meliputi: (a) meningkatkan pengabdian penuh kepada Allah SWT, (b) mengembangkan kecerdasan dan keterampilan individu; (c) mendorong sikap positif kemandirian dan pengembangan, (d) memastikan bahwa semua anak yang melek huruf.
Pada tahun 1984, bukti menunjukkan bahwa pendekatan dianggap tidak mampu memobilisasi sumber daya dan untuk memulai model ke nasional aplikasi.
Gambaran pengajaran di Indonesia adalah guru umumnya menjelaskan dan mempertanyakan dalam konteks instruksi seluruh kelas diikuti oleh siswa bekerja pada kertas dan pensil tugas di tempat mereka. Fungsi guru sebagai tokoh sentral dalam menentukan kegiatan dan melakukan instruksi, dan, siswa jarang aktif terlibat dalam pembelajaran secara langsung dari
satu sama lain atau memulai proses interaksi dengan orang lain. Kebanyakan guru  menghabiskan sebagian besar
waktu menyampaikan informasi untuk anak-anak; papan tulis sejauh ini bantuan visual yang paling umum tetapi sering digunakan guru untuk menulis daripada untuk presentasi dari urutan logis dari ide-ide.
Tantangan bagi pendidik dalam dekade berikutnya adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa yang lebih tinggi di matematika; guru harus mengatur instruksi untuk melibatkan anak-anak sehingga mereka secara aktif membangun mereka sendiri pengetahuan dengan pemahaman (Peterson di Grouws, et al., 1988).
Saat ini studi tentang matematika dan ilmu pendidikan di Indonesia telah indikasi
bahwa prestasi anak-anak dalam mata pelajaran matematika dan Ilmu rendah, seperti ditunjukkan oleh hasil
tahun Meninggalkan Nasional (EBTANAS) Pemeriksaan oleh tahun baik di Sekolah Dasar dan Menengah.
Penguasaan anak-anak di Matematika dan konsep Ilmu Pengetahuan dan keterampilan proses Sains masih rendah. Ini mungkin sebagai hasil dari:
(a) kekurangan kegiatan laboratorium;
(b) kurangnya guru memiliki menguasai ilmu keterampilan pendekatan proses;
(c) isi pada Matematika dan Ilmu kurikulum terlalu ramai;
(d) waktu ketentuan administrasi terlalu banyak memakan bagi guru;
(e) kurangnya laboratorium peralatan dan laboratorium sumber daya manusia. Penelitian juga menunjukkan ketidakcocokan bahwa di antara tujuan pendidikan, kurikulum, dan sistem evaluasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar