Jumat, 11 Januari 2013

Pembelajaran Matematika Inovatif


Minggu lalu perkuliahan filsafat diisi dengan menyaksikan pembelajaran yang terjadi di luar negeri. Pembelajaran yang sangat berkesan di benak saya adalah pembelajaran yang dilaksanakan di Jepang. Siswa-siswa di Jepang sangat antusias dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Hal ini menandakan siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan guru pun memfasilitasi siswa dengan memancing rasa ingin tahu siswa dengan memberikan media/ alat peraga yang menarik.
Guru sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam membelajarkan anak harus mempunyai sikap kreatif dan inovatif. Siswa memerlukan seorang guru yang dapat membimbingnya mencapai kedewasaan dan menemukan jati diri siswa yang sesungguhnya. Siswa tidak harus selalu bergantung kepada guru dalam pembelajaran. Hal ini perlu untuk melatih kemandirian dan kreativitas siswa  jika ia sudah terjun di masyarakat.
Untuk menghindari kegagalan dan memaksimalkan kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran maka pembelajaran harus direncanakan dengan baik. Pembuatan perencanaan harus memperhatikan: (a) pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa; (b) pengetahuan tentang aktivitas yang mungkin dilakukan siswa; (c) peran guru dalam kegiatan pembelajaran; (d) sumber atau sarana belajar yang diperlukan, misalnya lembar kerja siswa; dan (e) hasil akhir yang harus ditemukan siswa.
Pada matematika tradisional, pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya.
Dalam matematika traditional, guru mendominasi pembelajaran dalam kelas dan senantiasa menjawab ‘dengan segera’ terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa. Guru mengajarkan ilmu, sedangkan murid harus duduk rapi mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara guru menyelesaikan soal-soal. Murid bertindak pasif.
Perubahan program matematika tradisional ke matematika modern ialah dalam metode mengajarkannya. Metode mengajarkan matematika modern memperhatikan minat murid, kemampuan murid, metode menemukan sendiri harus diperhatikan.
Dalam metode baru, kita mengubah dari situasi “guru mengajar” kepada situasi “anak-anak belajar”. Sifat anak yang selalu ingin tahu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pendidikannya. Mengorganisir sekolah bukan untuk kita mengajar tetapi untuk anak-anak belajar. Guru ialah orang yang mengayom proses belajar anak. Ia menempatkan anak-anak kepada pusat kegiatan belajar, membantu dan mendorong anak-anak untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan.
Bila kita dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman alamiah anak untuk mengembangkan konsep-konsep matematika tentang bilangan, pengukuran dan benda-benda, di samping memelihara keterampilan yang diperlukan, maka anak-anak akan menyenangi matematika karena relevan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka akan menyadari kegunaan dan indahnya matematika karena dapat mereka pakai sebagai alat komunikasi berfikir. Kegiatan dalam matematika dapat dipakai oleh hampir semua kegiatan-kegiatan, apakah itu ilmu sosial, musik atau pelajaran lain.
Adapun tujuan dari mengajarkan matematika modern agar siswa dapat belajar berpartisipasi aktif dan kreatif, yaitu;
1.      Agar siswa diberikan kesempatan berfikir bebas
2.      Agar siswa diberi kesempatan untuk mencari aturan-aturan, pola-pola dan relasi-relasi yang merupakan bagian-bagian yang penting dan pokok dalam matematika modern. Aturan-aturan, pola-pola dan relasi-relasi ini bukan saja yang ada dan berlaku pada alam buatan manusia akan tetapi pada alam semesta.
3.      Agar siswa memperoleh latihan-latihan keterampilan yang diperlukan.
Dalam pengajaran matematika modern berhasil tidaknya pengajaran ditentukan dengan beberapa faktor yaitu: a.)menyeleksi murid-murid, karena kemampuan siswa berbeda-beda meskipun umurnya sama, b.) kurikulum yang baik, c.) cara mengajar, karena guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa selain menguasai metode mengajar guru juga harus memiliki penguasaan yang luas dalam bidangnya, d.) bimbingan dan penyuluhan yang lebih baik, dan e.) evaluasi hasil belajar yang lebih baik.
Pendekatan materi dalam matematika modern adalah matematika deduktif. Dalam matematika, pendekatan dedukitif merupakan pendekatan penyajian materi dari materi yang sifatnya umum menuju materi yang sifatnya khusus. Pendekatan induktif merupakan pendekatan dari hal-hal yang bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat umum.
Karakeristik matematika modern yaitu:
1.      matematika modern lebih mengutamakan pengertian kepada keterampilan berhitung dan hapalan
2.      matematika modern lebih mengutamakan penggunaan bahasa dan istilah yang lebih tepat
3.      matematika modern menekankan kepada mempelajari struktur matematika secara keseluruhan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran matematika merupakan hal yang paling penting. Tanpa seorang guru maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Disamping itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai macam model pembelajaran supaya dalam proses pembelajaran berjalan efektif dan menyenangkan.  Bagi siswa, bimbingan dari guru merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, siswa ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya sebab ia harus berpikir, bukan sekedar mendengarkan informasi atau menelaah seonggok ilmu pengetahuan yang telah siap dan juga siswa mengalami sendiri proses mendapatkan rumus itu. Penggunaan model pembelajaran matematika harus relevan dengan perkembangan kognitif anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar