Promoting Primary And
Secondary Mathematical Thinking Through The Series Of School-Based Lesson Study Activities
(Mendorong Berpikir Matematis Primer dan Sekunder
Melalui Serangkaian Kegiatan Sekolah Berbasis Belajar)
by Marsigit
Reviewed by Khilmi Nur Ma’rifah
Pendekatan
kontekstual dan realistis disarankan untuk dikembangkan oleh guru untuk
mendorong berpikir matematis primer dan sekunder di Sekolah Dasar. Dengan
pendekatan tersebut, siswa diharapkan dapat mengikuti pembelajaran matematika
dengan antusias. Dalam Kurikulum Berbasis Sekolah, dinyatakan bahwa matematika
di sekolah dasar dan sekolah menengah harus mendorong siswa untuk berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mampu berkolaborasi dengan
orang lain sehingga di ruang kelas perlu dikembangkan keterampilan pemecahan
masalah yang mencakup masalah tertutup dan terbuka.
Serangkaian
kegiatan Lesson Study dapat dianggap sebagai seperangkat kegiatan yang
diselenggarakan oleh guru atau kelompok guru untuk mempromosikan anak-anak
berpikir matematis primer dan sekunder
Berpikir
matematis terjadi dalam konteks proses belajar mengajar. Kelompok diskusi berdasarkan
prinsip-prinsip pertumbuhan anak-anak dan pembangunan melalui aktivitas bermain
mungkin mendorong siswa untuk mengeksplorasi, bereksperimen, mengajukan pertanyaan,
dan berbicara. Guru berfungsi untuk memfasilitasi siswa untuk menemukan
berbagai pola konten matematika dan mendorong interaksi sosial di antara
mereka.
Pendekatan
Berpikir Realistis Matematika
Mengajar
matematika dapat dirasakan sebagai proses konstruksi pemaknaan matematika
siswa.
Realistis pendekatan dari situasi dunia nyata atau masalah konteks diambil sebagai titik awal pembelajaran matematika (Zulkardi, 2006). Dan kemudian dieksplorasi oleh kegiatan mathematika secara horisontal. Ini berarti siswa menemukan masalah dan mencoba untuk mengidentifikasi aspek-aspek matematika dari masalah, dan menemukan keteraturan dan hubungan. Kemudian, mereka dapat memandang matematika secara vertical.
Realistis pendekatan dari situasi dunia nyata atau masalah konteks diambil sebagai titik awal pembelajaran matematika (Zulkardi, 2006). Dan kemudian dieksplorasi oleh kegiatan mathematika secara horisontal. Ini berarti siswa menemukan masalah dan mencoba untuk mengidentifikasi aspek-aspek matematika dari masalah, dan menemukan keteraturan dan hubungan. Kemudian, mereka dapat memandang matematika secara vertical.
Aspek Berpikir
Matematis
Katagiri
(2004) menjelaskan bahwa berpikir matematis melibatkan 3 (tiga) aspek yaitu, metode,
sikap dan konten. Secara khusus, ia menunjukkan bahwa aspek berpikir matematika
meliputi:
a. Berpikir Matematis terkait dengan Sikap: Mencoba untuk memahami masalah sendiri atau tujuan atau substansi jelas, oleh diri sendiri, mencoba untuk mengekspresikan hal-hal yang jelas dan ringkas, dan mencoba untuk mengambil tindakan logis
a. Berpikir Matematis terkait dengan Sikap: Mencoba untuk memahami masalah sendiri atau tujuan atau substansi jelas, oleh diri sendiri, mencoba untuk mengekspresikan hal-hal yang jelas dan ringkas, dan mencoba untuk mengambil tindakan logis
b.
Berpikir Matematis Terkait dengan Metode Matematika: berpikir induktif, berpikir
analogis, berpikir deduktif.
c. Berpikir
Matematika Terkait Isi Matematika: Fokus pada unsur-unsur matematika, mencoba
untuk berpikir berdasarkan fundamental
Bukti-bukti
menunjukkan bahwa, dalam jangka waktu pendekatan yang realistis, berpikir
matematika dapat dilakukan melalui mengidentifikasi atau menjelaskan matematika
tertentu, merumuskan dan visualisasi
masalah dalam cara yang berbeda, menemukan hubungan, menemukan keteraturan,
mengenali aspek isomorfis dalam masalah yang berbeda, mentransfer masalah dunia
nyata untuk pembelajaran matematika. Berpikir matematika selalu dimulai ketika
guru mengajukan masalah dalam Lembar Kerja. Para siswa menggunakan cara yang
berbeda untuk melakukan merumuskan dan memvisualisasikan. Rangkaian yang diperoleh
oleh kelompok menunjukkan mathematika horisontal kemudian diikuti oleh
mathematika vertikal.
Dalam melakukan mathematika vertical, siswa
membutuhkan bantuan dari guru. Bagaimana siswa dapat mentransfer masalah dunia
nyata kedalam masalah matematika dipengaruhi oleh
sambungan antara untaian konsep-konsep matematika yang dikembangkan sebelumnya. Para siswa cenderung untuk kembali ke penjelasan dan memperhatikan penjelasan dari guru dan teman sekelas mereka untuk mengkonfirmasi apakah ide-ide mereka benar.
sambungan antara untaian konsep-konsep matematika yang dikembangkan sebelumnya. Para siswa cenderung untuk kembali ke penjelasan dan memperhatikan penjelasan dari guru dan teman sekelas mereka untuk mengkonfirmasi apakah ide-ide mereka benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar