Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Sejarah
perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan
telah melahirkan sejumlah ajaran filsafat yang melandasinya. Ajaran filsafat
adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu
secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam
penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang
berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat
disebabkan pula oleh faktor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para
ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu
tempat.
Ajaran
filsafat yang berbada-beda tersebut, oleh para peneliti disusun dalam suatu
sistematika dengan kategori tertentu, sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari
sinilah kemudian lahir apa yang disebut aliran filsafat. Banyak
pemikiran-pemikiran dari para ahli filsafat masa lampau yang menghasilkan
banyak aliran dalam filsafat. Salah satu aliran filsafat yang terkenal adalah
naturalisme.
Aliran
filsafat naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan
Aristotalian-Thomistik, dengan tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778)
dan Schopenhauer (1788-1860 M). Naturalisme lahir pada abad ke-17 dan mengalami
perkembangan pada abad ke-18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang
sains.Ia berpandangan bahwa “Learned heavily on the knowledge reported by man’s
sense”.
Secara
definitif naturalisme berasal dari kata “nature”. Kadang pendefinisikan
“nature” hanya dalam makna dunia material saja, sesuatu selain fisik secara otomatis
menjadi “supranatural”. Tetapi dalam realita, alam terdiri dari alam material
dan alam spiritual, masing-masing dengan hukumnya sendiri. Era Pencerahan,
misalnya, memahami alam bukan sebagai keberadaan benda-benda fisik tetapi
sebagai asal dan fondasi kebenaran.Ia tidak memperlawankan material dengan
spiritual, istilah itu mencakup bukan hanya alam fisik tetapi juga alam
intelektual dan moral.
Salah
satu ciri yang paling menakjubkan dari alam semesta adalah keteraturan. Benak
manusia sejak dulu menangkap keteraturan ini. Terbit dan tenggelamnya Matahari,
peredaran planet-planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser teratur dari
malam ke malam sejak pertama kali manusia menyadari keberadaannya di dalam alam
semesta, hanya merupakan contoh-contoh sederhana. Ilmu pengetahuan itu sendiri
hanya menjadi mungkin karena keteraturan tersebut yang kemudian dibahasakan
lewat hukum-hukum matematika. Tugas ilmu pengetahuan umumnya dapat dikatakan
sebagai menelaah, mengkaji, menghubungkan semua keteraturan yang teramati. Ilmu
pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa.Namun khusus
untuk kosmologi, pertanyaan ‘mengapa’ ini di titik tertentu mengalami kesulitan
yang luar biasa.
Naturalisme
merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas.
Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai
dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total
dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita
oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah
supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan
adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam.
Aliran
filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar yaitu realisme, empirisme
dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut naturalisme merupakan penganut
realisme, tetapi tidak semua penganut realisme merupakan penganut naturalisme. Imam
Barnadib menyebutkan bahwa realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab
itu, banyak ide-ide pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah
satunya adalah nilai estetis dan etis dapat diperoleh dari alam, karena di alam
tersedia kedua hal tersebut.
TOKOH DAN PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT
NATURALISME
a. Plato (427 – 347 SM)
Salah satu anasir dasar adalah perbedaan yang nyata
antara gejala (fenomena) dan bentuk ideal (eidos), dimana Plato
berpandangan bahwa, disamping dunia fenomen yang kelihatan, terdapat suatu
dunia lain, yang tidak kelihatan yakni dunia eidos. Dunia yang tidak kelihatan itu
tercapai melalui pengertian (theoria). Apa arti eidos dan hubungannya dengan
dunia fenomena bahwa memang terdapat bentuk-bentuk yang ideal untuk segala yang
terdapat dibumi ini. Tetapi asalnya tidak lain daripada dari sumber segala yang
ada, yakni yang tidak berubah dan kekal, yang sungguh-sungguh indah dan baik
yakni budi Ilahi (nous), yang menciptakan eidos-eidos itu dan menyampaikan
kepada kita sebagai pikiran. Sehinnga dunia eidos merupakan contoh dan ideal
bagi dunia fenomena.
b. Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles
menyatakan bahwa mahluk-mahluk hidup didunia ini terdiri atas dua prinsip:
1. Prinsip formal, yakni bentuk atau
hakekat adalah apa yang mewujudkan mahluk hidup tertentu dan menentukan
tujuannya.
2. Prinsip material, yakni materi
adalah apa yang merupaakn dasar semua mahluk.
Sesudah mengetahui sesuatu hal
menurut kedua prinsip intern itu pengetahuan tentang hal itu perlu dilengkapi
dengan memandang dua prinsip lain, yang berada diluar hal itu sendiri, akan
tetapi menentukan adanya juga. Prinsip ekstern yang pertama adalah sebab yang
membuat, yakni sesuatu yang menggerakan hal untuk mendapat bentuknya. Prinsip
ekstern yang kedua adalah sebab yang merupakan tujuan, yakni sesuatu hal yang
menarik hal kearah tertentu. Misalnya api adalah untuk membakar, jadi membakar
merupakan prinsip final dari api. Ternyata pandangan tentang prisnip ekstern
keuda ini diambil dari hidup manusia, dimana orang bertindak karena dipengaruhi
oleh tujuan tertentu, pandangan ini diterapkan pada semau mahluk alam. Seperti
semua mahluk manusia terdiri atas dua prinsip, yaitu materi dan bentuk.
Materi adalah badan, karena badan
material itu manusia harus mati, yang memberikan bentuk kepada materi adalah
jiwa. Jiwa manusia mempunyai beberapa fungsi yaitu memberikan hidup vegetatif
(seperti jiwa tumbuh-tumbuhan), lalu memberikan hidup sensitif (seperti jiwa
binatang) akhirnya membentuk hidup intelektif.
c. William R. Dennes. (Filsuf Modern)
Beberapa
pandangan pandangannya menyatakan bahwa:
1. Kejadian dianggap sebagai ketegori
pokok, bahwa kejadian merupakan hakekat terdalam dari kenyataan, artinya apapun
yang bersifat nyata pasti termasuk dalam kategori alam.
2. Yang nyata ada pasti bereksistensi,
sesuatu yang dianggap terdapat diluar ruang dan waktu tidak mungkin merupakan
kenyataan dan apapun yang dianggap tidak mungkin ditangani dengan menggunakan
metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam tidak mungkin merupakan
kenyataan.
3. Analisa terhadap kejadian-kejadian,
bahwa faktor-faktor penyusun seganap kejadian ialah proses, kualitas, dan
relasi.
4. Masalah hakekat terdalam merupakan
masalah ilmu, bahwa segenap kejadian baik kerohanian, kepribadian, dan
sebagainya dapat dilukiskan berdasarkan kategorikategori proses, kualitas dan
relasi. Pengetahuan ialah memahami kejadian-kejadian yang saling berhubungan,
pemahaman suatu kejadian, atau bahkan kenyataan, manakala telah mengetahui
kualitasnya, seginya, susunanya, satuan penyusunnya, sebabnya, serta
akibat-akibatnya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar