Minggu lalu perkuliahan
filsafat diisi dengan menyaksikan pembelajaran yang terjadi di luar negeri.
Pembelajaran yang sangat berkesan di benak saya adalah pembelajaran yang
dilaksanakan di Jepang. Siswa-siswa di Jepang sangat antusias dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan guru. Hal ini menandakan siswa berperan aktif dalam
pembelajaran dan guru pun memfasilitasi siswa dengan memancing rasa ingin tahu
siswa dengan memberikan media/ alat peraga yang menarik.
Guru sebagai orang yang
paling bertanggung jawab dalam membelajarkan anak harus mempunyai sikap kreatif
dan inovatif. Siswa memerlukan seorang guru yang dapat membimbingnya mencapai
kedewasaan dan menemukan jati diri siswa yang sesungguhnya. Siswa tidak harus
selalu bergantung kepada guru dalam pembelajaran. Hal ini perlu untuk melatih
kemandirian dan kreativitas siswa jika
ia sudah terjun di masyarakat.
Untuk menghindari kegagalan dan
memaksimalkan kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran maka pembelajaran harus
direncanakan dengan
baik. Pembuatan perencanaan harus memperhatikan: (a) pengetahuan prasyarat yang
dimiliki siswa; (b) pengetahuan tentang aktivitas yang mungkin dilakukan siswa;
(c) peran guru dalam kegiatan pembelajaran; (d) sumber
atau sarana belajar yang diperlukan, misalnya lembar kerja siswa; dan (e) hasil
akhir yang harus ditemukan siswa.
Pada matematika
tradisional, pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian,
menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya
demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah
dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa
alasan, dan lain sebagainya.
Dalam matematika traditional, guru mendominasi
pembelajaran dalam kelas dan
senantiasa menjawab ‘dengan segera’ terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa. Guru
mengajarkan ilmu, sedangkan murid harus duduk rapi
mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara guru
menyelesaikan soal-soal. Murid bertindak pasif.
Perubahan program matematika tradisional ke
matematika modern ialah dalam metode mengajarkannya. Metode mengajarkan
matematika modern memperhatikan minat murid, kemampuan murid, metode menemukan
sendiri harus diperhatikan.
Dalam metode baru, kita mengubah dari situasi “guru mengajar” kepada
situasi “anak-anak belajar”. Sifat anak yang selalu ingin tahu harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pendidikannya. Mengorganisir sekolah bukan
untuk kita mengajar tetapi untuk anak-anak belajar. Guru ialah orang yang
mengayom proses belajar anak. Ia menempatkan anak-anak kepada pusat kegiatan
belajar, membantu dan mendorong anak-anak untuk belajar, bagaimana menyusun
pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan jawaban-jawaban persoalan.
Bila kita dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman
alamiah anak untuk mengembangkan konsep-konsep matematika tentang bilangan,
pengukuran dan benda-benda, di samping memelihara keterampilan yang diperlukan,
maka anak-anak akan menyenangi matematika karena relevan dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka akan menyadari kegunaan dan indahnya matematika karena
dapat mereka pakai sebagai alat komunikasi berfikir. Kegiatan dalam matematika
dapat dipakai oleh hampir semua kegiatan-kegiatan, apakah itu ilmu sosial,
musik atau pelajaran lain.
Adapun tujuan dari mengajarkan matematika modern
agar siswa dapat belajar berpartisipasi aktif dan kreatif, yaitu;
1.
Agar
siswa diberikan kesempatan berfikir bebas
2.
Agar
siswa diberi kesempatan untuk mencari aturan-aturan, pola-pola dan
relasi-relasi yang merupakan bagian-bagian yang penting dan pokok dalam
matematika modern. Aturan-aturan, pola-pola dan relasi-relasi ini bukan saja
yang ada dan berlaku pada alam buatan manusia akan tetapi pada alam semesta.
3.
Agar
siswa memperoleh latihan-latihan keterampilan yang diperlukan.
Dalam pengajaran matematika modern berhasil
tidaknya pengajaran ditentukan dengan beberapa faktor yaitu: a.)menyeleksi
murid-murid, karena kemampuan siswa berbeda-beda meskipun umurnya sama, b.)
kurikulum yang baik, c.) cara mengajar, karena guru merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan siswa selain menguasai metode mengajar guru juga
harus memiliki penguasaan yang luas dalam bidangnya, d.) bimbingan dan
penyuluhan yang lebih baik, dan e.) evaluasi hasil belajar yang lebih baik.
Pendekatan materi dalam matematika
modern adalah matematika deduktif. Dalam matematika, pendekatan dedukitif
merupakan pendekatan penyajian materi dari materi yang sifatnya umum menuju
materi yang sifatnya khusus. Pendekatan induktif merupakan pendekatan dari
hal-hal yang bersifat khusus menuju hal-hal yang bersifat umum.
Karakeristik matematika modern yaitu:
1.
matematika
modern lebih mengutamakan pengertian kepada keterampilan berhitung dan hapalan
2.
matematika
modern lebih mengutamakan penggunaan bahasa dan istilah yang lebih tepat
3.
matematika
modern menekankan kepada mempelajari struktur matematika secara keseluruhan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran matematika merupakan hal yang
paling penting. Tanpa seorang guru maka proses pembelajaran tidak akan berjalan
dengan baik. Disamping itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai macam
model pembelajaran supaya dalam proses pembelajaran berjalan efektif dan
menyenangkan. Bagi siswa, bimbingan dari
guru merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran, siswa
ikut berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya sebab ia harus
berpikir, bukan sekedar mendengarkan informasi atau menelaah seonggok ilmu pengetahuan yang telah siap dan juga siswa mengalami sendiri proses mendapatkan rumus itu. Penggunaan model pembelajaran matematika harus relevan dengan perkembangan kognitif anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar